-->

Green Blog of Exclusive Population of Eleven Science Five

Welcome to Our Blog

Do More for Our Beloved Earth

PUISI BARKAH

Namaku ALAM

Oleh: M Barkah


Perkenalkan, namaku adalah alam
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
Tempat mereka bertumbuh
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam


Bukan hanya hewan
Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
Dan hewan, adalah peliharaanku

Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi
Aku memberikan oksigen bagi manusia
Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan

Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja

Tapi kini
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Mereka tak pernah memikirkan aku
Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan

Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku
Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini
Sungguh perih hati ini rasanya

Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini



-1 0 +1

Oleh: M. Barkah


0

Itu adalah aku
Aku adalah seorang manusia
Manusia bisa menjadi pelindung
Dan bisa menjadi perusak


Bagiku 0 bisa menjadi -1
Yaitu pada saat manusia menjadi perusa
Saat manusia mengurangi nilai dari alam
Yaitu sebesar -1


Namun 0 bisa juga menjadi +1
Itu adalah saat manusia bisa menjaga alam
Bisa menciptakan inovasi yang berguna bagi alam
Dan menambah nilai alam menjadi +1


Tapi 0 bisa saja menjadi tetap
Yaitu ketika manusia tetap diam
Dan tak peduli pada apa pun
Semua itu tergantung pada diri kita
Apakah ada kesadaran atau tidak



Si Mesin yang Merusak

Oleh: M. Barkah


Kawan, pernahkah kau bayangkan
Bila saudaramu hilang dan musnah
Sudahlah pasti kau bersedih
Apakah kau tau apa yang dirasakan makhluk dihutan
Yang telah kehilangan banyak teman-temannya
Yang telah punah dari muka bumi
Yang telah diburu oleh manusia tak berakal
Diburu dengan mesin-mesin aneh
Begitu pikir hewan-hewan dan tumbuhan disana

Kawan, tolonglah aku
Mesin ini ingin membunuhku!

Maaf kawan, aku tak bisa menolongmu
Mesin itu terlalu kuat
Dan aku pun bisa ikut terbunuh

Begitulah percakapan antara hewan
Yang kawannya akan terbunuh
Tidak kah kau merasa kasian?
Kau merusaknya tanpa memikirkan mereka!
Pantaslah alam kian menangis



Mimpi Buruk yang Nyata

Oleh: M. Barkah



Aku berjalan dipadang rumput
Dimana hewan – hewan hidup bebas
Tanpa takut apa pun
Disamping kiri  kananku ada hutan yang rindang
Membuatku tentram akan kesejukan darinya
Dan tanpa terasa aku pun tertidur
Karna suasananya yang benar – benar tenang dan damai

Tak lama, aku pun tebangun ntah karna apa
Ketika aku bangun, aku binggung dan takut
Dan aku sungguh tak mau melihatnya

Sejenak diriku merasakan bagian kecil
Dari indahnya surga beberapa saat lalu
Tapi sekarang neraka yang ada dihadapanku

Hutan – hutan itu terbakar layaknya neraka kecil
Hewan – hewan berlarian  diburu para pemburu
Tak ada lagi sisa kehidupan ditempat itu
Semuanya musnah, rata, tak tersisa

Ini semua, karna ulah manusia yang keji
Masih adakah otak yang kau gunakan
Wahai para pemburu dan penebang liar?!



Sang Pencemar

Oleh: M. Barkah


Asap pembakaran hutan
Asap kendaraan bermotor
Limbah yang mengalir dari pabrik
Gas – gas perusak ozon
Sekarang tenar di kalangan masyarakat
Ketenarannya sampai ketelingaku
Bahkan sampai menggemparkan dunia
Menciptakan sesuatu yang baru

Global warming
Mencemaskan dunia akan ciptaannya itu
Membuat dunia semakin tua Dan semakin cepat musnah
Puisi ini hanyalah untaian singkat kata – kata Yang mungkin bisa merubah dunia
Akan pola pikir mereka yang salah


0 komentar:

Post a Comment